KOMPAS, Selasa, 8 September 2009 | 03:38 WIB
Paris, Senin – Pasar saham global mungkin terlalu cepat membaik dalam lima bulan terakhir dari kepanikan akibat runtuhnya Lehman Brothers satu tahun lalu. Dikhawatirkan, pasar modal bergerak tidak berdasarkan fondasi yang kuat dan keuntungan semakin terbatas.
Pasar modal sudah terhantam oleh gelembung kredit perumahan berisiko di AS dan bertambah panik ketika akhirnya bank investasi raksasa AS, Lehman Brothers, jatuh dan menghantui sistem finansial di negara maju.
Di beberapa negara maju, pasar saham sudah kembali positif dari kejatuhan dalam pada Maret dan April. Kemudian, penguatan berlanjut pada Juli dan Agustus sehingga hampir menutupi kerugian dalam 12 bulan terakhir.
Akan tetapi, dalam beberapa hari terakhir ini, para investor terlihat agak khawatir karena ada keraguan atas pertanda yang menunjukkan bahwa ekonomi di negara maju sudah akan bangkit dari resesi.
Di Wall Street, kerugian sejak jatuhnya Lehman Brothers pada September lalu sudah berkurang 18 persen, di London berkurang 10 persen, di Tokyo 16 persen, dan di Paris 15 persen. Sementara itu, indeks saham di Shanghai justru naik hingga 37 persen.
Akan tetapi, penguatan ini masih jauh dari level tertinggi yang pernah dicapai indeks saham sebelum terkena gonjang-ganjing kredit perumahan berisiko tinggi di AS.
”Dengan Lehman, pasar modal memasukkan faktor berakhirnya dunia yang tecermin dalam harga saham. Sejak Maret, ketika harga saham mencapai titik terendah, para pelaku pasar menyadari bahwa ini bukanlah akhir dari dunia dan kelegaan ini membuat mereka bangkit dari titik nadir itu,” ujar David Kalfon, senior manajer pada EFG Asset Management yang berpusat di Paris, Minggu (6/9).
Berita buruk
”Hasil kinerja keuangan perusahaan pada kuartal kedua tahun 2009 dan indikator ekonomi dalam beberapa pekan terakhir ini lebih baik dibandingkan dengan yang diharapkan, hal ini menjelaskan kenaikan pasar saham,” demikian catatan dari Arnaud de Champvallier dari Turgot Asset Management di Paris.
Namun, dia buru-buru menambahkan bahwa ”Kenaikan saham tidak dapat terus melaju karena keuntungan maksimum yang mungkin dicapai telah ditarik dari hasil pada kuartal kedua.”
”Berita baiknya, segala sesuatu bergerak lagi. Berita buruknya, gerakan itu tidak berdiri di atas basis yang solid. Perekonomian baru bangkit dari keterpurukan tetapi barulah pada sektor finansial, perbaikan belum merambah pada sektor tenaga kerja atau sektor industri,” ujar Kepala Manajemen Portofolio Saham pada Groupama Asset Management di Paris Romain Boscher,
Boscher juga mengatakan, pasar modal memang selalu selangkah di depan. Akan tetapi, kemajuan kali ini terlihat terlalu jauh. ”Itu berlebihan. Pasar berlaku seperti segala sesuatu yang buruk sudah berlalu, padahal kita barulah dapat menghindari Depresi Besar,” ujar Boscher.
Para analis lain juga mencermati kemungkinan meledaknya utang negara yang kemungkinan terburuknya dapat menghancurkan pasar obligasi pemerintah.
Kepala Strategis pada Societe Generale di London, Albert Edwards, mengatakan, pasar saham dan kredit sedang mengalami penggelembungan terbesar di sejarah dan hal itu belum berakhir.
”Ketika saya melihat kembali pada tahun 1930-an. Ketika itu pertumbuhan membaik pada akhir 1929, tetapi pada tahun 1931 pasar saham kembali jatuh,” ujarnya mengingatkan.
Akan tetapi, ahli lain mengatakan bahwa perbaikan perekonomian juga ditandai dengan kenaikan volume perdagangan. (AFP/joe)
No comments:
Post a Comment